Dalam rangka memberikan inovasi dan pembekalan terhadap mahasiswa UIN Jakarta yang mendaftarkan diri menjadi siswa baru PSHT Komisariat UIN Jakarta angkatan 2005, Pengurus Komisariat UIN Jakarta menggelar Pekan Orientasi Setia Hati Terate (POSHTER) pada tanggal 1-3 Oktober 2005 di Auditorium Kampus Ciputat Jakarta Selatan. Kegiatan ini di samping ditujukan kepada siswa baru yang baru masuk juga wajib diikuti oleh siswa lama (sabuk jambon, hijau dan putih). Sehingga kegiatan ini menjadi kelihatan solid dan semarak. Para Warga dan Siswa kelihatan sangat kompak bahu-membahu menjadi panitia untuk menyukseskan acara tersebut.
POSHTER diselenggarakan bertujuan agar siswa PSHT yang baru masuk mempunyai wawasan yang luas tentang olahraga beladiri khususnya pencak silat. Mengingat banyaknya organisasi beladiri di UIN Jakarta, kegiatan ini sengaja diselenggarakan untuk menarik minat dan simpati para mahasiswa UIN Jakarta, khususnya mahasiswa baru. Sebelum POSHTER digelar, ada tradisi tahunan bagi seluruh organisasi beladiri dan pencak silat yang ada di UIN Jakarta diwajibkan menyuguhkan atraksi dan demonstrasi di hadapan para mahasiswa baru. Nah, digelarnya POSHTER sekaligus membuktikan bahwa ternyata hanya PSHT satu-satunya lembaga beladiri/pencak silat di UIN Jakarta yang secara kreatif-inovatif mampu menyelenggarakan kegiatan orientasi dan pengenalan institusinya. Tidak tanggung-tanggung, materi yang diberikan pun sangat menarik dan masih menjadi barang langka di Organisasi PSHT di luar kampus/komisariat perguruan tinggi. Inilah yang sekaligus membedakan PSHT di Perguruan Tinggi (Komisariat) dan di luar Perguruan Tinggi. Materi tersebut meliputi Manajemen Keorganisasian dan Kepemimpinan, Ilmu Kemasyarakatan, Sejarah dan Latar Belakang Berdirinya IPSI dan PSHT, pengenalan singkat tentang beladiri praktis, beladiri praktis khusus untuk perempuan, Pengobatan dan PPPK, teknik-teknik meditasi, psikoterapi, cara-cara menghilangkan stress dan sebagainya. Ternyata, di luar dugaan, materi-materi yang disampaikan dalam POSHTER itu mendapatkan respon yang sangat positif dari para peserta yang kebanyakan mahasiswa semester 5 pada Universitas Islam Negeri terkemuka di Jakarta tersebut.
Materi yang diberikan dikemas semenarik mungkin, agar calon siswa mendapatkan wawasan yang tidak sempit tentang seluk beluk pencak silat. Sebagaimana diketahui, selama ini pencak silat diidentikkan dengan olah raga keras dan hanya dipahami secara sempit, yaitu sebatas memukul dan dipukul, menendang dan ditendang dan sebagainya. Di perguruan tinggi, mengajarkan ilmu pencak tidak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak sekali tantangan yang dihadapi oleh para Warga SH Terate di perguruan tinggi. Sebab, mahasiswa merupakan kelas menengah pendidikan yang sangat kritis. Setiap materi yang diberikan oleh Warga selalu mendapatkan tanggapan dan pertanyaan kritis dari para siswa yang notabene mahasiswa tersebut. Sehingga untuk menerapkan latihan seperti di kampung-kampung yang terkenal keras sangat tidak mungkin. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi khusus dan metode latihan yang bisa memberikan pemahaman tentang bagaimana ilmu pencak silat bisa dipelajari tanpa menggunakan cara-cara kekerasan. Bagaimana mereka bisa menangkis, menyerang, menghindar, menjatuhkan tetapi tetap menggunakan aturan main yang baku dalam ilmu pencak silat, yaitu dengan tetap mengutamakan nuansa estetika (keindahan/seni pencak) dalam setiap gerakannya.
Banyak cerita kegagalan latihan SH Terate di Perguruan Tinggi karena menyamakan dengan latihan yang selama ini berlaku di kampung-kampung. Berkarakter keras, menghukum tapi tidak diimbangi dengan motivasi kepada para siswa. Dengan kata lain, tidak ada reward and punishment (apresiasi dan sanksi), melainkan hanya ada hukuman/sanksi. Tidak ada penjelasan mengapa mereka dikasih hukuman. Itulah yang menyebabkan SH Terate sangat sulit berkembang di dunia Perguruan Tinggi. Nah, berangkat dari problem di atas, PSHT Komisariat UIN Jakarta ingin menciptakan metode latihan yang berorientasi pada pencapaian kualitas dan profesionalisme. Artinya, dengan POSHTER ini, PSHT Komisariat UIN Jakarta mempunyai target menciptakan pencak silat prestasi, baik dari aspek wiraloka maupun wiralaganya.
Menurut rencana, kegiatan yang baru pertama kalinya diadakan tersebut akan terus dilaksanakan setiap tahun untuk menjaring minat para mahasiswa baru yang tertarik menekuni dunia olahraga pencak silat. Hal ini tidak lepas dari adanya pemikiran bahwa PSHT Komisariat UIN Jakarta ingin memberikan kontribusi dalam mengembangkan dan mensosialisasikan Persaudaraan Setia Hati Terate pada khususnya dan Pencak Silat pada umumnya di dunia akademik. Para Pengurus PSHT Komisariat UIN Jakarta bertekad dan menyadari bahwa sebagai generasi muda, mereka harus ikut ambil bagian dalam melestarikan dan nguri-uri kebudayaan asli Indonesia, khususnya pencak silat. Salah satunya adalah mengembangkan olahraga pencak silat dan Organisasi PSHT di Perguruan Tinggi.
Di samping sebagai media untuk mengembangkan PSHT di kampus, kegiatan POSHTER ini juga memberikan pembekalan pada siswa yang lama, khususnya materi Keorganisasian, Kepemimpinan dan Ilmu Kemasyarakatan, agar kelak setelah menjadi Warga, mereka siap menjadi pemimpin, paham administrasi dan mampu berorganisasi secara baik. Apalagi nantinya mereka akan terjun di tengah-tengah masyarakat yang sangat beragam.
Perlu diketahui, Persaudaraan Setia Hati Terate Komisariat UIN Jakarta didirikan pada tahun 1999 oleh sejumlah Warga Tingkat I yang kebetulan menjadi mahasiswa UIN Jakarta (dulu:IAIN).
Mereka adalah Robby Habibie, Mukhlisin, dan. Komisariat UIN Jakarta merupakan satu-satunya Komisariat yang masih tetap eksis di Jakarta. Meskipun baru berusia 6 (enam) tahun (1999-2005), PSHT Komisariat UIN Jakarta mampu berkiprah dan berpartisipasi dalam sejumlah event Kejuaraan antar Perguruan Tinggi, Pekan Olahraga Mahasiswa (POM), SH CUP dan sebagainya yang digelar setiap tahun.
Pesatnya perkembangan PSHT UIN Jakarta tidak lepas dari kegigihan para Warga yang kebetulan menjadi mahasiswa baik S.I atau S.2 dan para alumninya. Sungguh mengagumkan, peminat olahraga pencak SH Terate UIN Jakarta ini tidak hanya mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang rata-rata sudah mengenal organisasi PSHT sewaktu masih di Pesantren atau di daerah asalnya. Akan tetapi latihan SH Terate juga telah membuat jatuh hati para mahasiswa asing yang tugas belajar di UIN Jakarta. Sebut saja Raeifa dan Subgeyah dua mahasiswi asing itu berasal dari Benua Afrika tepatnya Afrika Selatan. Sebuah negeri di mana sang pejuang HAM “Nelson Mandela” pernah menjadi presidennya. Mereka secara blak-blakan mengakui telah jatuh cinta dan ingin belajar serius serta mengenal lebih dekat olahraga pencak silat sebagai olahraga budaya asli Indonesia. Raeifa dan Subgeyah menurut rencana akan ikut disyahkan menjadi Warga Tingkat I Tahun 2006.
Banyak kenangan dan pengalaman berharga yang didapat para Warga SH Terate UIN Jakarta dalam melatih mahasiswa asing. Terutama dalam masalah bahasa penyampaian. Banyaknya ajaran-ajaran SH Terate yang berfalsafah Jawa seperti “Memayu Hayuning Bawono”, “Sepiro Gedening Sengsoro yen Tinompo amung dadi Coba”, “Suro Diro Joyoningrat Lebur Dening Pangastuti” dan sebagainya, terkadang membuat para Warga harus menterjemahkannya dahulu ke dalam bahasa Inggris (bahasa Internasional). Sehingga bisa dengan gamblang cepat dipahami maknanya.
Sumber: http://www.shterate.com/sh-terate-universitas-islam-negeri-jakarta/